Selasa, 22 Juli 2014

Konflik Gaza | Keluarga Korban Sudah Saling Menerima dan Memaafkan, Hamas-Israel Masih Perang, Kita Masih Menghujat

Konflik antara Hamas dan Israel, sekali lagi, saya gunakankan kata Hamas untuk membedakan antara Palestina dan Israel, sudah seringkali terjadi, terulang, dan terulang serta terus menerus terjadi. Entah kapan hal tersebut berakhir.

Untuk tahun 2014 ini, pemicunya adalah Hamas membalas Israel akibat tiga remaja Israel dan 1 remaja Palestina terbunuh.

Naftali Fraenkel (16), Eyal Yifrach (19) dan Gil-ad Shaar (16) diculik dan dibunuh oleh kelompok yang terkait dengan Hamas. Jasad-jasad mereka di temukan di Halhul di dekat Hebron, minggu lalu setelah pencarian selama 18 hari.

Beberapa jam setelah pemakaman mereka, seorang warga Yerusalem Timur, Mohammed Abu Khdeir, diculik dan, menurut beberapa sumber Palestina, dibakar hidup-hidup hingga tewas. Tubuh hangusnya ditemukan di Hutan Yerusalem.

Kejadian selanjutnya, kita sudah tahu bersma.

Menghadapi lingkaran kekerasan dan amarah, para pihak yang terkait sebetulnya bisa melakukan pilihan secara sadar untuk meneruskan lingkaran kemarahan itu atau keluar dari jebakannya. Pihak-pihak keluarga yang tersakiti telah secara sadar memilih untuk mencoba keluar dari jebakan lingkaran kekerasan dan amarah.

Coba ikuti SUPLEMEN ini [liputan6.com dari The Times of Israel, 6 Juli 2014]

Paman dari Naftali Fraenkel, salah satu remaja Israel yang terbunuh, menyampaikan belasungkawa melalui telepon kepada Hussein Abu Khdeir, ayah dari Mohammed Abu Khdeir.Ucapan melalui telepon itu dilakukan setelah dua warga Palestian dari kawasan Hebron mendatangi keluarga Fraenkel yang sedang berduka.

Dua warga Palestina dari daerah Gush Etzion, ditemani oleh kepala dewan keagamaan Gush Etzion, Rabbi Rafi Ostroff, tiba di tempat kediaman keluarga Fraenkel di Nof Ayalon ketika keluarga berduka itu sedang berada di masa duka tradisional yang berlangsung selama tujuh hari. Rabbi Ostroff, menyatakan bahwa,

"Sejumlah warga Palestina yang saya kenal ingin berkunjung dan menghibur keluarga-keluarga ini, jadi saya membawa mereka ke sini, Keluarga Fraenkel menyambutnya secara luar biasa. Mereka tidak berpikir panjang untuk mempersilahkan tamu-tamunya masuk; jelas sekali mereka tidak keberatan, .."

Sana Paman menyatakan,

“Kami menyatakan empati mendalam atas penderitaan mereka, dari satu keluarga yang berduka kepada keluarga berduka lainnya. Baguslah kalau pelakunya sudah ditemukan. Kami menyatakan rasa jijik tentang apa yang telah terjadi. Ia menerima pernyataan kami, karena penting baginya untuk mendengar hal itu.

Tidak ada bedanya mereka yang membunuh Mohammed dengan mereka yang membunuh anak-anak kami. Sama-sama pembunuh. Dan dua kejadian ini harus dituntaskan secara hukum, dan kami mengatkan ini kepadanya.”

Dua warga Palestina, membalasnya dengan tak kalah humanis dan penuh penyesalan,

"Saya datang dari keluarga yang berduka, telah kehilangan seorang saudara lelaku dan memiliki beberapa anggota keluarga yang mantan narapidana yang sayangnya pernah juga melempari batu-batu ke arahmu.

Tidak ada bedanya kalau sudah berurusan dengan darah. Pembunuhan adalah pembunuhan; tidak ada dalih, pengampunan ataupun penggantian untuk pembunuhan manapun.

Pada saat kita belajar menghadapi rasa sakit masing-masing dan menghentikan amarah terhadap satu sama lain, keadaannya akan membaik

Tujuan kami adalah untuk menguatkan keluarga dan mengambil langkah-langkah ke dapat menuju pembebasan rakyat kami. Kami percaya bahwa hanya melalui hati orang-orang Yahudilah pembebasan kami bisa terjadi.

Kami menyesali adanya kekerasan bentuk apapun terhadap rakyat, entah Yahudi ataupun muslim. Kami tidak menginginkan siapapun tersakiti, dan ingin mencapai kesepakatan politik.”

=====

Lihat, lihat, dan lihatlah. Mereka yang berhubungan langsung atau menjadi korban dari aksi penculikan dan pembunuhan tersebut, bisa saling jabat tangan dan berciuman. Bahkan, warga Palestina berencana mengadakan “Aksi Puasa Melawan Kekerasan” pada hari Selasa besok; hari di mana kaum Yahudi berpuasa (setiap tanggal 17 bulan Tammuz) dan umat Islam juga melakukan ibadah Puasa Ramadan.

Agaknya, pertemuan dan perdamain (yang terjadi antara dua keluarga korban penculikan dan pembunuhan) tersebut, tidak dilihat, dianggap, serta tak bermakna di hadapan para ekstrimis Hamas. Justru, yang mereka lakukana adalah memindahkan dan merubah perdamaian tersebut menjadi alasan melakukan amarah serta kemarahan.

Mereka membangkitkan serigala yang sementara diam dan tertidur, dengan cara menembak roket ke wilayah kekuasaannya.

Anda sudah tahu peristiwa selanjutnya.

Peristiwa selanjutnya itulah, yang kini menjadi sorotan dunia; karean Hamas gunakan perisai manusia untuk melawan terjangan bom Israel. Hamas menjadikan tiga kematian (tiga remaja Yahudi dan satu Remaja Palestina) bertambah panjang dengan kematian warga Palestina di Gaza.

Kemudian, mereka berseru kepada Dunia, Israel menyerang kami, akibatnya perempuan dan anak-anak menjadi korban. Bukan satu atau dua, namun ratusan.

Israel dan Hamas pun masih terus saling mengancam; IDF sudah bersiap menyerang, sambil menyiarkan kepada warga sipil agar menjauh dari kantong-kantong Hamas. Tujuannya jelas, bila ada ada perang besar, maka warga sipil tak menjadi korban, [agaknay IDF masih mempunyai peri kemanusiaan]

Indonesia pun menyambut teriakan Hamas tersebut, dan ikutan tak mau tahu bahwa di sana, Palestina, kelurga korban sudah berjabat tangan saling menerima keadaan; mereka bersama larut dalam duka.

Banyak orang Indonesia hanya melihat apa-apa yang terjadi di Gaza, sesui dengan jeritan dan tangisan Hamas, kemudian melakukan aksi-aksi mendukung Hamas, sambil menyamakan Hamas adalah Palestina, Palestina adalah Hamas.

Lucunya, dalam upaya membela Hamas itu, banyak komentar yang justru jauh dari dari nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan, ada komentar dengan menggunakan kata-kata Hitler; mereka seakan menyesal, mengapa, pada waktu itu, Hitler tidak membunuh semua orang Yahudi. Komentar yang sadis serta fasis. Jadinya, hampir tak ada beda antara, membela Hamas dan mendukung kemerdekaan Palestina, atau banggakan kekejaman Hitler!?

Dalm sikon seperti itu, ada yang hubungkan konflik Hamas Israel sebagai perseteruan agama; dan memulai melakukan umapatan serta cacian kepada siapa saja yang tidak membela serta mendukung Hamas. Bagi mereka, Indonesia adalah Pecinta Hamas, dan tak boleh ada yang beda; jika ada beda dan berbeda, maka itu bukan kami, bukan kita, namun bla bla bla ....

Nah

Bagiku, membela dan mendukung kemerdekaan Palestina, itu wajib dan harus; namun tidak bisa membenarkan tindakan Hamas. Karena Hamas bukan Palestina secara keseluruahn.

Bagiku, menentang kekerasan Hamas dan Israel, itu adalah keharusan, namun mencaci, menista, menghujat Israel atau pun Hamas, adalah suatu kebodohan dan tak masuk akal sehat. Sebab, mencaci, menista, menghujat tak menghasilkan apa-apa pada Israel atupun Hamas, malah diri kita, anda, saya yang akan dikenal atau menunjukan diri sebagai Si Pencaci, Si Penista, dan Si Penghujat, [monggo, jika anda mau dikenal seperti itu]

Bagiku, kekejaman dan kebrutalan Hamas dan Israel harus dihentikan, dihentikan, dan dihentikan

Salam
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/10/1381999168896093457.gif
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/07/14/konflik-gaza-keluarga-korban-sudah-saling-menerima-dan-memaafkan-hamas-israel-masih-perang-kita-masih-menghujat-673931.html

50 Happiness Quotes with Important Life Lessons

Happiness often sneaks in through a door you didn't know you left open. -John Barrymore Happiness is not something ready made. It...